-JURU KUNCI-
Posted in 0 komentar
JURU KUNCI
sebuah dedikasi tiada henti
Di Pulau Jawa Juru Kunci biasanya adalah penjaga tempat-tempat keramat, seperti makam, gunung laut dan lain sebagainya, makanya Juru kunci diberi Nama, status dan Gelar. Sementara ada yang bingung dengan maksud perkataan “juru kunci” yang akhir-akhir ini banyak disebut karena peristiwa Merapi. dengan Juru Kuncinya Mbah Maridjan yang akhirnya meninggal dunia karena sapuan awan panas yang menerpa dirinya. Mbah Maridjan dikenal sebagai pribadi sederhana yang lugu lagi bertanggungjawab, penuh pengabdian dengan apa yang diembannya, dan penuh canda tawa. Semoga arwah beliau kembali ke Pemiliknya dengan jalan yang mudah, aamiin.
Mari kita bandingkan dengan dua kalimat berikut ini: “Mbah Maridjan, juru kunci Merapi itu, kini telah tiada,”
dengan
“Indonesia menjadi juru kunci di kejuaraan bulutangkis China terbuka".
Jadi, apa arti juru kunci sebenarnya ?, di satu sisi sekilas bermakna “penjaga” namun di sisi lain bermakna “posisi terendah.”
Bandingkan dengan beberapa kata yang mengikuti kata “juru” yang umum digunakan.
“juru masak,”
“juru mudi,”
“juru parkir,”
“juru ketik,”
“juru bicara,”
“juru rawat,”
“juru penerang” dan sebagainya.
Juru pada bandingan kata diatas adalah orang (profesional) yang tugasnya mengolah sesuatu secara profesional.
Kata “kunci” terkait erat dengan “gembok” karena kunci digunakan untuk membuka gembok (baik dalam arti fisik maupun non fisik). Misalkan kalimat “kunci ini bukan pasangan dari gembok itu,” atau “belajar adalah kunci sukses mendapat nilai tinggi.
jadi, “juru kunci” dapat berarti “orang yang berprofesi sebagai pemegang kunci, kalau menurut pengertian diatas.
Bisa jadi kalau itu adalah orang yang ditugaskan untuk memegang kunci masuk ke areal pemakaman yang tanpa kunci itu para pengunjung tidak bisa masuk. Lalu, apakah Mbah Maridjan benar-benar memegang kunci sehingga para pendaki (pengunjung) tidak dapat masuk areal pendakian tanpa membuka kunci yang dipegang Mbah Maridjan ?. Apakah Indonesia menjadi (negara) yang memengang kunci di kejuaraan bulutangkis tersebut sehingga tanpa Indonesia kejuaraan itu tidak dapat dilangsungkan ?.
Sepertinya ada beberapa makna dari “juru kunci,” yang pertama dan meyakinkan adalah “orang yang berprofesi sebagai…” Makna kedua sepertinya berkaitan dengan sisi software (batiniah), yaitu “orang yang secara batin mengetahui sifat sesuatu,” misalkan “Mbah Maridjan mengetahui sifat dari Merapi (sehingga ia menjaganya).” Makna ketiga bisa berarti “urutan paling buncit” atau “paling belakang,” misalkan “Indonesia menempati posisi paling akhir di kejuaraan bulutangkis China terbuka.” Jadi, kata “juru kunci” bisa dimaknai sesuai dengan kata-kata lain sebagai pembentuk kalimatnya, seperti kata “bisa” pada kalimat “kamu bisa mengerjakannya” dengan kalimat “kamu terkena bisa beracun.”
Kalau makna kata “juru kunci” pertama, kedua dan ketiga digabung, maka dapat diartikan: “Mbah Maridjan adalah orang terakhir yang berprofesi sebagai penjaga Merapi yang mengerti sifat Merapi.” Oleh karena itu, tidak akan ada lagi jabatan “juru kunci Merapi,” bila ada, maka penggantinya tidak mengerti sifat Merapi lagi. Mungkin saja, ketiga arti tersebut tidak akan pernah digabung menjadi satu pengertian sehingga akan diangkat orang baru sebagai “juru kunci Merapi” yang menggantikan Mbah Maridjan.
Terlepas dari makna unsur Bahasa Juru Kunci adalah sebuah Kebudayaan yang ada di negeri kita ini. Juru Kunci bermakna sebagai sebuah kakayaan negeri kita, entah itu dianggap mitos, tahayul atau sirik sekalipun. Bahasa tidak usah dipermasalahkan, karena bahasa adalah sebuah alat untuk komunikasi. juru Kunci juga tidak usah diperdebatkan, karena juru kunci adalah sunatullah. Sangat menyesal sakali ketika saya mengetahui ada sebuah organisasi yang ingin mengalihkan juru kunci kepada teknologi. Indonesia yang kita yakini sebagai negeri kita sekarang tidak usah kita perdebatkan, karena perdebatan lebih mengarah pada konflik. Indonesia sekarang butuh pengabdian, seperti kesetiaan Mbah Maridjan pada tugasnya. Lalu.... apa yang akan anda lakukan demi negara ini, Ibunda Pertiwi yang sedang berduka.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk Mbah Maridjan dan semua rakyat Nusantara yang terkena bencana.
@ salam salim slamet
SUMBER DARI SINI, SINI DAN SINI
0 komentar:
Posting Komentar