TOLAK BALA

Posted in By wilujeng 0 komentar

TOLAK BALA
(ndi sing ditolak, ndi sing digoleti)

Bala  (bebendhu) tulisannya sama dengan  Bala (Djawa dibaca BOLO akan berarti kanca, batir, jakwir, teman). Lalu Bala yang anda inginkan Bala yang mana?. Pengertian yang pertama hanya orang yang bodoh yang mau mendapatkannya. Pengertian yang kedua pastinya sebagian terbesar orang akan sangat mengharapkan kedatangannya, apalagi diwaktu susah.  Bala pada Pengertian yang kedua akan kita bahas kalau saya ada kesempatan.

Untuk Bala pada pengertian pertama berbagai macam cara orang untuk menghindarinya, (orang Jawa ada yang menyebut bala, Petaka, Bahaya, bendhu, bilahi, azab, laknat, kutukan dll). Ada yang menolak bala dengan cermin cembung, ritual dengan anggap wayang, nyembelih kerbau lalu kepalanya dilarung, ada yang nyukur rambut gembel,  slametan bubur abang putih, mengadakan  tarian  dan lain lain menurut ajaran dan kepercayaan masing-masing. Sebagian orang sadar dengan kekuatan sedekah untuk menolak bala, kesulitan dan berbagai macam penyakit.
Berikut ada cara paling ampuh untuk menghindari Balasesuai Wasiat Mahluk paling suci SAW, sbb :
  1. Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah
  2. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah
  3. Obatilah penyakitmu dengan sedekah

Banyak dari kita yang sudah mengetahui dan memahami perihal anjuran bersedekah ini, namun persoalannya seringkali kita teramat susah untuk melakukannya karena kekhawatiran bahwa kita salah memberi, sebagai contoh kadang kita enggan memberi pengemis/pengamen yang kita temui di pinggir jalan dengan pemikiran bahwa mereka (pengemis/pengamen) menjadikan meminta-minta sebagai profesinya, tidak mendidik, dll. Padahal sesungguhnya prasangka kita yang demikian adalah bisikan-bisikan setan laknatullah yang tidak rela melihat kita berbuat baik (bersedekah). Sebaiknya mulai saat ini hendaknya kita hilangkan prasangka-prasangka yang demikian karena seharusnya sedekah itu kita niatkan sebagai bukti keimanan kita atas perintah Allah dan rasul-Nya yang menganjurkan umatnya untuk gemar bersedekah.
Apabila ternyata kemudian bahwa sedekah yang kita beri kepada pengemis/pengamen tadi tidak tepat sasaran, bukan lagi urusan kita, karena sedekah hakekatnya adalah ladang amal bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Pengemis/pengamen/ fakir miskin lainnya adalah ladang amal bagi orang yang berkecukupan. Dapat kita bayangkan andaikata tidak ada lagi orang-orang tersebut, kepada siapa lagi kita dapat beramal (bersedekah)?
Atau kalo kita termasuk orang yang tidak suka memberi sedekah (kepada pengemis/pengamen/ fakir miskin) dengan berbagai alasan dan pertimbangan, maka biasakanlah bersedekah dengan menyiapkan sejumlah uang sebelum sholat Jum’at dan memasukkan ke kotak-kotak amal yang tersedia dan biasakan dengan memberi sejumlah minimal setiap Jum’at, misalnya Jum’at ini kita menyumbang Rp 10 ribu ke kotak amal, maka sebaiknya Jum’at berikutnya harus sama, syukur-syukur bisa lebih dan terutama harus diiringi dengan keikhlasan.
Sedekah anda, walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat karena tidak mendapat keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (membelanjakan) harta akan memperoleh berkah dan sebaliknya menahannya adalah celaka. Tidak mengherankan jika orang yang bersedekah diibaratkan orang yang berinvestasi dan menabung di sisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperoleh berlipat ganda. Mereka tidak akan rugi meskipun pada awalnya mereka kehilangan sesuatu. demikian :

@catatan sakit Gigi

salam, salim, slamet